Dalam risalah ta’alim rukun baiat kedua adalah Al-Iklhas. Pengertian ikhlas adalah menginginkan keridhaan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari ebrbagai polutan duniawi. Karena itu seseorang tidak mencemari amalnya dengan keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan keuntungan, kedudukan, harta, ketenaran, tempat dihati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan mereka, mengikuti bisikan nafsu atau penyakit-penyakit polutan lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat, yaitu melakukan amal untuk selain Allah, apapun bentuknya. Oleh karena itu, riya’ lawan dari ikhlas dianggap sebuah kesyirikan.
Setiap amal shaleh tidak diterima oelh Allah swt, kecuali jika terpenuhi dua rukun yaitu:
Pertama, keikhlasan dan lurusnya niat
Kedua, sejalan dengan sunah dan syariat
Beberapa indikasi keikhlasan dan tanda-tanda yang tampak dalam kehidupan dan perilaku pemiliknya. Juga tampak dalam pandangan terhadap dirinya dan pandangannya terhadap orang lain:
1.Khawatir terhadap ketenaran serta keharuman nama atas dirinya dan agamanya, terutama bila ia termasuk orang-orang yang berprestasi
Ibnu Mas’ud berkata, “jadilah kalian sebagai sumber mata air ilmu; lampu-lampu (cahaya) petunjuk yang menetap di rumah-rumah; pelita diwaktu malam yang hatinya selalu baru, yang kusut pakaiannya, dan dikenal oelh penduduk langit, tetapi tersembunyi dari penduduk bumi”.
2.Orang yang ikhlas selalu menuduh dirinya teledor dalam menunaikan hak-hak Allah, dan teledor dalam melaksanakan kewajibannya. Hatinya tidak dirasuki perasaan ghurur (tertipu) dan terkagum dengan diri sendiri.
3.Orang ikhlas lebih mencintai amal yang tersembunyi daripada amal yang yang diliputi oleh hiruk pikuk publikasi dan gaung ketenaran. Ia lebih mengutamakan menjadi seperti akar pohon dalam jamaah. Dengan akar itu pohon tegak dan hidup, tetapi tersembunyi didalam tanah, tidak terlihat oleh mata manusia.
4.Amalnya saat menjadi pemimpin dan saat menjadi anggota tidak berbeda, selama keduanya masih dalam rangka memberikan pelayanan dakwah.
Semoga Allah meridhai Khalid bin Walid saat dicopot jabatannya sebagai panglima pasukan. Ia tetap beramal dengan giat di bawah komando Abu Ubaidah yang menggantikannya, tanpa menggerutu dan tanpa mengomel. Padahal, ia adalah seorang panglima yang selalu mendapat kemenangan.
5.Tidak menggubris keridhaan manusia, bila dibalik itu terdapat kemurkaan Allah swt.
6.Kecintaan dan kemarahannya, pemberian dan keengganannya untuk member serta keridhaan dan kemurkaannya adalah karena Allah dan agamanya, bukan karena kepentingan pribadi dan kemaslahatan diri sendiri.
To be continue,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar