Heii…..apa ini yang masih berasa menghimpit? Huuh!
Siang terik yang panas ini…aku mencoba ingin menguraikan semuanya. Entah apa yang ingin aku tulis. Yang pasti aku ingin menumpahkan semuanya. Aku tak mampu hati, merasakan segalanya. Melihat semuanya. Meski aku tegar dalam kerapuhan, meski aku mampu senyum dalam keterhimpitan. Atau bisa jadi akupun mampu berjalan tegap tanpa beban. Aaargh….tapi ini sebenarnya ada yang menghimpiiiit. ada sesak yang memenuhi. Tak mampu lepas, hingga tetap diam menyesakkan. Rabb…apakah aku belum ikhlas?tidaak! ini hanya manusiawi ko... Sedih?wajar saja. Namun….ini seperti hanya butuh untuk dilepaskan saja himpitan rasa itu. Tidak untuk dirasakan selalu, atau dilupakan. Tapi…sekali lagi aku bilang ini hanya butuh untuk dilepaskan. Menangis?klo itu mampu melepaskan, maka..menangislah. tapi menangis dalam keterwajaran. Seperti teladan yang dicontohkan rasul kita
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. : Sa’d bin Ubadah sakit dan Rasulullah Saw bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas’ud mengunjunginya untuk bertanya perihal sakit yang dideritanya.
Ketika Nabi Muhammad Saw bertemu dengannya, ia tengah dikelilingi anggota keluarganya. Nabi Muhammad Saw bertanya, “apakah ia telah meninggal?” mereka berkata, “belum, wahai Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw menangis dan ketika orang-orang melihat Nabi Muhammad Saw menangis, mereka semua menangis. Nabi Muhammad Saw bersabda, “maukah kau mendengarkan? Allah tidaklah menghukum karena air mata yang berlinang begitu pula hati yang berduka. Allah menghukum karena ‘ini’ atau karena melimpahkan rahmat-Nya”. Nabi Muhammad Saw menunjuk lidahnya dan menambahkan, “orang yang meninggal diazab karena ratapan kerabatnya terhadapnya”.
Itulah…tak ada salahnya pun aku menangis. Dan akupun diingatkan lagi pada satu kisah rasul
Dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW ketika kembali dari perang Tabuk dan melakukan umrah dan ketika sammpai di Asfan beliau menyuruh para sahabat untuk menunggu di Aqabah hingga aku (Rasul) datang kepadamu. Maka beliau pergi dan turun menuju kuburan ibunya, maka bermunajat (merintih) kepada Rabbnya demikian lama, kemudian beliau menangis dan semakin menjadi menangisnya, maka merekapun pada menangis karena tangisannya. Dan mereka berkata: Nabi SAW tidak akan menangis di tempat ini kecuali ada yang menimpa ummatnya yang beliau tidak mampu memikulnya.
Ketika mereka semua menangis beliau berdiri dan kembali menghadap kepada mereka seraya bersabda: mengapa kalian menangis? Meraka berkata: hai Nabiyullah kami menangis karena engkau menangis. Kami berkata: boleh jadi ada sesuatu yang menimpa ummatmu yang engkau sanggup menghadapinya. Beliau bersabda: ya itu diantara penyebabnya, tapi juga karena aku turun menuju kuburan maka aku berdo’a kepada Allah mohon diizinkan untuk member syafaat kepadanya pada hari kiamat, maka Allah menolaknya maka aku mengasihaninya karena dia adalah ibuku maka aku menangis……(alhadits)
Jadi yaa…sekali lagi. Bukan untuk sebuah pembelaan diri, namun ini hanya berusaha mengambil hikmah saja dari setiap kejadian yang sudah dan tengah dialami serta dari teladan yang dicontohkan dengan berusaha tak melampaui sunnahNya. Tak ada salahnya kita menangis. Aku yakin, tak ada seorangpun di dunia ini yang belum pernah menangis. Akupun sadar, aku tahu, pertama kali seorang anak dilahirkan ke bumi dalam keadaan menangis. Menangis karna hakikatnya takut tak mampu mengemban amanah yang allah titipkan ketika kita sudah terlahir ke bumi. Dan bahkan….sejatinya ketika usia kita menemui hari akhirnya pun sebaik-baik manusia adalah yang ditangisi kepergiannya.
Itulah…kita terkadang memang butuh untuk menangis. Bukan meratap. Menangis, bukan berarti lemah. Menangis bukan berarti tak ikhlas. Menangispun bukan berarti aib. Namun…menangis untuk sebuah penghantar do’a cinta kepadaNya dan untuk menjadi kuat. Semoga tangis yang mampu menjadi penggugur dosa kita kepadaNya, serta kita berlindung dari siksaan anak durhaka..naudzubillah. semoga kita termasuk pada golongan anak-anak sholeh(ah) yang senantiasa amalannya tak berhenti mengalir sampai liang lahat. Semoga kita behimpun di jannahNya kelak. amiiin...
Itulah…kita terkadang memang butuh untuk menangis. Bukan meratap. Menangis, bukan berarti lemah. Menangis bukan berarti tak ikhlas. Menangispun bukan berarti aib. Namun…menangis untuk sebuah penghantar do’a cinta kepadaNya dan untuk menjadi kuat. Semoga tangis yang mampu menjadi penggugur dosa kita kepadaNya, serta kita berlindung dari siksaan anak durhaka..naudzubillah. semoga kita termasuk pada golongan anak-anak sholeh(ah) yang senantiasa amalannya tak berhenti mengalir sampai liang lahat. Semoga kita behimpun di jannahNya kelak. amiiin...
-_______-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar