Aku hanyalah seorang anak manusia biasa saja. seorang bayi perempuan lahir seperti kebanyakan bayi-bayi yang lain tak ada sesuatu apapun yang istimewa. Lahir dari keluarga biasa saja, keadaan orang tua yang biasa saja- tapi tidak bagi saya- tumbuh dan besar di lingkungan biasa saja, tanpa sentuhan kemajuan ilmu, keberadaan ekonomi yang mapan atau keadaan orang tua yang berada. Tidak. Tidak sama sekali. Aku hanyalah seorang perempuan yang besar dan hidup dari sebuah desa yang bisa dibilang masih jauh dari sentuhan tangan-tangan beradab orang2 kota kebanyakan sekarang ini. Tapi…tak begitu pula yang aku rasakan. Aku…merasakan betapa indah dan uniknya hidup yang aku jalanin dari kecil sampe sekarang. Ketika orang bilang tidak ada sesuatu apapun yang berharga dari saya memang benar, tapi…aku tetaplah aku yang akan tetap bangga dan sangat menghargai diri saya sendiri. Banyak sisi-sisi yang menjadikan aku berbeda dengan yang lain. Mungkin…semua orangpun akan bilang bahwa sejarah hidupnya tidaklah akan sama antara dirinya dengan orang lain. Begitupun denganku…aku-kamu-dia-dan mereka tetaplah berbeda. Namun…..perbedaan itulah yang akan menjadikan keunikan yang kita miliki sebagai bagian warna yang akan menghiasi kanvas-kanvas kehidupan ini.
---AKU ---
Lahir, tumbuh besar dan berkembang dilingkungan keluarga besar sebagai anak ke 6 dari 6 bersaudara. Seharusnya anak ke 7 tapi kakaknya telah meninggal sebelum dia terlahir. Ayahnya hanyalah seorang petani padi biasa-menggarap sawah warisan kakek- . hanya lulusan SMEP –klo sekarang setingkat SMP. Dan ibunya pun seorang lulusan SD hanya sebagai ibu rumah tangga yang kadang-kadang membantu pekerjaan bapak saya,. Itu dulu…..profesi yang dilakoni saat aku masih berumur 5 tahunan. Setelah itu…bapak saya berhenti bekerja di sawah dan menyerahkan ke orang suruhannya untuk mengelola sawah itu dan beliau lebih mengabdikan dirinya untuk agama ini –orang bilang bapak kiai,tapi belajar agamapun otodidak tidak ada keturunan kiai bahkan pesantren aja ga pernah- dan kebetulan sering menolong orang sakit (wallahualam…mungkin allah telah memberikan kemudahan dalam setiap doanya untuk orang lain). Dan ibupun menjadi sibuk berdagang buah-buahan dipasar membersamai nenek dan meneruskan usahanya setelah nenek sakit2an dan meninggal dunia. Profesi keduanya begitu sampe sekarang..
Wajar…ketika banyak orang lain bilang bahwa anak2nya kurang terperhatikan dan tidak terurusi dengan layak. Karena memang begitu keadaannya. Bapak. seorang bapak zaman dulu yang keras, dingin, tidak banyak omong, dan tidak tahu bagaimana harus bergaul dengan anaknya, jaim dan anak cenderung harus hormat dan patuh pada beliau. Ibu. Seorang ibu yang juga pekerja keras. Tahan banting. Tidak tahu bgaimana menyalurkan kasih sayangnya pada anak2nya dengan tidak sering memberikan apa2 yang diinginkan anak2nya, tidak ada satu anakpun yang dimanja, membiarkan anaknya tumbuh besar dan menikmati lingkungan nya sendiri, ibu yang hanya akan menegur anaknya dikala dia nakal dan salah dimata beliau, cenderung akan memaksakan kehendaknya dan sangat tidak suka ketika anaknya memanjakan diri dengan ibunya. Padahal…akupun tau, dengan cara seperti itulah mereka menyalurkan kasih sayang pada anak2nya tiada tara. Itulah mungkin…………karakter anak2nya pun tak jauh dari pembelajaran yang diterapkan. Suasana keluarga yang demokratis, terikat dan mandiri. Hampir…semua kakak2ku mengalami dan menjalani setiap perkembangan fase kehidupannya sendiri. Tanpa control orangtua tapi tetap tau diri. Wajar…ketika akan sangat banyak rasa yang tidak pernah dirasakan seperti orang lain yang pernah merasakannya. Begitu juga dengan diriku….setiap fase perkembangan aku jalani sendiri, ada sangat banyak sesuatu yang membuat saya berfikir, tidak mengerti, sampai faham pun aku akhirnya mendapatkan sendiri. Ketika aku terbangun, merangkak, berjalan, berlari, terjebak dalam kegelapan sampe bertemu dengan sebuah cahaya kecilpun…semua fase itu saya jalani sendiri tanpa papahan. Aneh…tapi itulah saya. Karena sayapun terpaut jauh usia dengan orang tua saya.
Aku….usia 5 tahun sampai anak2 (jenjang SD)
anak kecil yang sebagian besar hari2nya sering ditinggalkan orangtua, karena pekerjaannya. Kakak2nya pun sibuk sekolah (ada yang SD,SMP dan SMA) akhirnya dia sering dititipin ke-“ua”-nya (istilah dalam B.Sunda sebutan untuk saudara kakak dari Ayah), atau diboyong kepasar menjadi anak pasar yang sering berpindah2 tangan.
Wajar…ketika banyak orang bilang aku adalah anak ua. Sampe sekolah SDpun rumah kedua saya adalah rumah ua. Aku kecil (anak SD) sangat tomboy, kebetulan temen2 sekitar rumahnya kebanyakan anak laki2. Hobinya maen kartu gambar, adu pinci,bermain sepeda dilapang dan satu yang menjadi kebiasaanya adalah manjat pohon. Kalau pake baju paling ga suka yang buat cewe2…dia lebih suka pake kaos dan celana pendek, ga suka yang ketat2 dan paling males liat cewe seksi. Aku kecil sangat hiperaktif. Punya cita-cita jadi guru…satu lagi hobi yang tidak bisa dilewatkan yaitu…aku kecil paling suka maen guru2ana alias sekolah2an atau ngajar anak-anak. Paling tidak suka jadi murid bahkan kalau maen hanya ingin jadi guru. Mungkin…ini tertanam dari kelakuan dan pola asuh kakak perempuanku yang sering mengasuh saya. Setiap hari sering dijejali dengan hitungan matematika. Tapi….sayapun menikmatinya. Saya tidak mengalami masa TK, karena zaman saya TK hanya diikuti oleh orang2 yang berduit.
Aku umur 7 tahun masuk sekolah SD. Dengan modal sudah bisa berhitung 1 sampai 100 dan sudah bisa membaca walaupun masih terbata-bata. Kemampuan itupun…lagi2 bukan orangtua saya yang mengajari tapi kakak perempuanku dan anak perempuan ua saya. Beruntung….prestasi saya di SD cukup membuat bangga semua orang. Selalu menjadi orang pertama alias selalu mendapatkan rangking satu dari mulai kelas 1 sampai kelas 6 SD. Alhamdulillah….sepertinya berawal dari sana kehidupanku menjadi berbeda. Dari sini…cita2 untuk menjadi guru semakin kuat dan saya berkesimpulan akan tetap bersekolah sampai kapanpun demi cita-citaku. Akupun sebenarnya sangat sadar dengan segala keterbatasan orangtuaku tapi entah….itu tak menjadi bahan pikiran aku walau kakak akupun belum ada yang kuliah. Sekolah tertinggi adalah hanya sampai SMA/SMK saja. Aku SD menggeluti berbagai bidang disekolah mulai dari pencak silat,rampak sekar sampe degung. Dirumah aktif di TPA pesantren dan ngaji di mushola. Aku SD sangat punya cita-cita besar dan aneh menurut orang2 lain.ketika anak2 lain ditanya tentang cita2 mereka menjawab ingin menjadi dokter, polisi dsb. Tapi aku SD dengan polosnya menjawab…ingin jadi guru. Guru akupun serta merta hanya tersenyum, dibalik itu, cita-cita aku SD cukup hanya ingin jadi guru matematika yang punya sekolah gede, berkualitas dan terkenal. itu saja.namun…..berbagai episode kehidupan cita2nyapun semakin meningkat
Aku SMP
Berbekal cita-cita menjadi guru matematika –ga berubah ni dari kecil- masuklah aku ke SMP favorit yang cukup bergengsi di kotaku. Disaat teman2 yang lain tidak lolos….aku dan beberapa teman yang lain dari sekolahku akhirnya bisa lolos juga. Disini….aku mulai kenal organisasi. Kelas 1 SMP Ikut paskibra -lebih tepatnya karena dorongan kakak yang dulu juga pas di SMA nya ikut paskibra- dari situ aku lebih sibuk masuk ke berbagai perlombaan PBB,grak jalan dll yang berhubungan dengan paskibra. Itu berlangsung sampe kelas 2, ditambah dengan masuk kepengurusan OSIS. Kelas 3 fokus belajar dan hanya menjadi pelatih setiap ada perlombaan2 itu lagi. Karena semenjak aktif di organisasi pun prestasi saya menurun, selain karena memang persaingan semakin banyak. Di SMP hanya sering mendapatkan peringkat 5 besar saja rangking 1 seperti SD dulupun tak pernah diraihnya lagi. Aku SMP… masa fuber yang tak terarah dan tak terkontrol. Pola orangtua tetap sama, tapi lingkungan yang saya hadapi pun berbeda, lebih kompleks dan lebih luas. Namun karena basic agama dikeluargaku kuat, akupun tidak mudak terbawa arus oleh teman2 aku. Tipikal aku ternyata memang ga bisa berubah, tetap tomboy, suka kebebasan, paling tidak suka dengan diskriminasi, apalagi dilingkungannya. Makanya…ketika memilah temanpun dia ga pilih2. Kalangan manapun dia sambangi. Aku SMP berteman dengan anak pinter juara kelas, anak yang aktif di organisasi yang dia ikuti, anak basket, anak2 hedon bahkan dia punya teman seorang pengguna narkoba. Begitu keringnya….zaman SMP dulu di sekolah tidak ada yang namanya Rohis sekolah. Ga tau itu dakwah, boro2 dakwah melihat teduhnya wajah seorang akhwat atau merasakan ukhuwah yang begitu kuat pun tak pernah ada dalam kehidupan SMP. Tapi…beruntung aku berada di lingkungan keluarga yang kuat agamanya dan aku setiap harinya suka mengaji dipesantren. Alhamdulillah….soal ngaji-mengaji dari kecil sampe SMA itu tak lepas. Sampe sekarangpun akhirnya dipertemukan dengan pelabuhan jamaah ini. Dan perlu diketahui…bahwa sosok aku meskipun tomboy banyak temen cowo, rada “berani”, ga cewe banget, ga suka cewe seksi, cablak, tapi dia paling anti yang namanya pacaran. Semua temen dekatnya yang pacaran, ujung2nya pasti terancam putus (walau pacaran versi cinta monyet). Kata orang prinsip aku emang kuat banget… yang berbeda ketika fase SMP adalah tentang cita2nya yang masih sama sejak kecil namun ada peningkatan sedikit mungkin dari tadinya ingin menjadi guru meningkat jadi dosen matematika. Haha…konyol memang tapi itulah aku.
Aku SMA
Masuk sekolah SMA favorit dikotaku. Alhamdulillah….sampai sinipun Allah memudahkan jalanku, bisa masuk juga. Masih berbekal cita-cita yang dulu….
Namun ternyata…kehidupan di SMA membawa aku pada suatu metamorfosa yang berbeda. Masuk SMA aku mulai berjilbab permanen, walau berawal karena melihat kedua kakakku yang sudah berjilbab namun…semakin kesini akhirnya menemukan sebuah arti yang sangat mendalam yang pada akhirnya membawa pada kehidupan aku seperti sekarang. Aku SMA tetaplah aku yang suka aktif berorganisasi, karena dasar awal emang aku orangnya ga bisa diem, ga suka klo sekolah Cuma belajar dikelas aja, ga ramee….. (begitulah pemikiran nyelenehnya). Aku SMA….aktif di Rohis dari kelas 1, kelas 2 masuk ke pengurusan OSIS lagiii. Tetep buat kelas 3 fokus belajar.
Cita-cita itupun ternyata ga goyah….sampe hanya satu universitas yang ingin ditujunya yaitu Universitas pedidikan. Itu saja. sempet tergiur untuk masuk jurusan psikologi atau farmasi dari salah satu universitas bergengsi di Indonesia. namun tak merubah pendirian, bahwa hati kecilnya tetap beibisik untuk masuk ke pendidikan saja dan masuk jurusan matematika. Namun…ternyata takdir berkata lain. Akupun masuk Universitas pendidikan tapi jurusan yang tak sesuai. matematika good bye…..hyiaaa…..beraaaaaaat…….
Ingatan saya hanya:
Cita-cita aku SD-SMP-SMA sampe sekarang ternyata sama. Ingin jadi guru, punya sekolah professional, berkualitas+gratiiis….sebagai bangunan modal peradaban. Itu saja. walau dalam perjalanannya penuh dengan onak duri, penentangan kuliah dari bapak, tidak dibiayai kuliah dan dibiayai hanya dari penghasilan ibu sebagai pedagang buah2an di pasar saja. berat. Memang berat apalagi untuk pertanggungjawabannya. Tambahan cita2nya lagi adalah ingin sekolah ke luar negri. Itu saja cukup. Dan bersyukur garis takdirNya sangatlah indah dengan dipertemukan orang2 luar biasa di suatu organisasi di kampus pendidikan, memperkuat cita2ku dan semakin memberanikan diri ini untuk terus bermimpi tinggi bahkan tak hanya bermimpi tapi berani untuk mencapai dan merealisasikannya. Itu saja mungkin….yang pada akhirnya aku masih kuat berdiri di lascar jihad pendidikan ini. Semoga Allah tidak mencabut nikmat yang tengah diberikanNya kepadaku sekarang dan nanti. Jikalau memang inilah jalan terbaik untukku dan jalan yang banyak memberikan manfaat dan kebaikan untuk umat maka kuatkan aku disini walau badai, halang dan rintang menghadang. Tapi..jikalau jalan ini adalah jalan yang tak Engkau ridhoi maka hentikan aku atas izin dan dengan caraMu. Amiin -_-
“maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman)
Teruntuk para pejuang yang tengah merealisasikan mimpinya. Teruslah bermimpi dan bercita-cita, karena berhenti bercita-cita adalah suatu tragedi terbesar dalam hidup ini.
Salam hangat penulis…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar