Pemuda. Sebuah nama ini sungguh memiliki ruh tersendiri yang sangat besar, dahsyat dan identik dengan sumber kekuatan. Pemuda pun yang menjadi bagian dari catatan sejarah bangsa ini. Karena pemuda merupakan aset bangsa dimana dia memiliki peranan yang besar dalam kemajuan dan kemunduran suatu bangsa. Sebagian orang berpendapat bahwa jika ingin mengetahui kualitas dari suatu bangsa maka lihatlah para pemudanya. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa eksistensi pemuda sebagai harapan bangsa sangat besar.
Sejalan dengan hal itu, mari kita tengok pemuda kita sekarang? Potret pemuda Indonesia saat ini sungguh jauh dari peranan pemuda yang diharapkan baik untuk bangsa maupun agama. Kenapa?? Hal ini terlihat jelas dari pola kehidupan para pemuda masa kini. Mereka cenderung hidup hedonis, ini artinya mereka hanya memikirkan kesenangan diri sendiri, hidup berfoya-foya, membuang-buang waktu dengan aktifitas-aktifitas yang bersifat hura-hura dan tidak ada manfaatnya serta mengumbar hawa nafsu yang tak tentu arah. Inilah aktifitas yang menyibukkan pemuda saat ini dan menjadi candu baginya. Karena menurut Anis Mata juga menyebutkan bahwa pada seseorang itu memiliki sifat kecanduan dari dalam dirinya. Dan parahnya kecanduan ini menjangkit bukan pada hal-hal yang berbau positif.
Fenomena ini merupakan suatu realitas yang terjadi di masyarakat saat ini dan yang sangat miris hal ini terjadi di negara kita yang sebagian besar pemudanya beragama Islam. Banyak diantara mereka bersikap individualisme yang hidup hanya memikirkan diri sendiri. Makan, tidur, dan menjalankan kewajiban akademik itulah rutinitas sebagian mahasiswa saat ini. Mengikuti perkuliahan untuk bisa cepat lulus dan bekerja mapan. Mereka seolah-olah hidup hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja dengan tujuan untuk mencapai suatu kesuksesan atau taraf hidup yang lebih baik untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan kehidupan lingkungan sekitarnya. Padahal sebagai seorang pemuda dia mempunyai kewajiban lain yang tak hanya untuk dirinya melainkan untuk khalayak masyarakat. Terlebih hal ini juga menjangkit sebagian besar pemuda muslim.
Berbagai arus pemikiran yang kian berkembang dikalangan pemuda muslim saat ini makin tak tentu arah saja. Akibatnya bukan hanya sekedar lalai dalam menerapkan aqidah islam, tapi justru cenderung memilih untuk hidup “stagnan”. Yang penting menjalankan rutinitas yang memang dibutuhkan, makan, minum, tidur, dan menjalankan kewajiban akademik. Menjalankan ibadah pun hanya sebagai ritual saja sebagai tuntutan agama tanpa tahu esensinya seperti apa. Berorganisasi, berinteraksi, apalagi berdakwah dianggap tidak terlalu penting untuk dilaksanakan, ini juga karena faktor kebutuhan tadi. Seseorang akan merasa perlu melaksanakan sesuatu jika hal tersebut menguntungkan bagi dirinya. Jika tidak, tentu saja bukan sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan.
Kemanakah idealisme pemuda sebagai agent of change? Hal ini patut dipertanyakan kepada kaum yang menamakan dirinya kaum muda, sudahkah dirinya menjadi bagian dari perubahan tersebut atau malah belum sama sekali. Sama halnya dengan para aktivis sekarang, baik di lembaga maupun di organisasi-organisasi keislaman. Yang terlihat sekarang justru bukan lagi perubahan-perubahan progresif dalam mewujudkan peradaban manusia yang baik, apalagi yang menerapkan islam, namun justru sekedar menjalankan rencana kerja yang kebanyakan “lepas” dari kerangka essensinya.
Lucunya lagi kaum muda sekarang justru terkesan kehilangan pegangan, “diajak maksiat ogah, tapi diajak ngaji pun nggak niat”. Fenomena yang terjadi ini bisa saja akibat dari makin derasnya arus perang pemikiran yang dilancarkan kaum-kaum yang tidak suka melihat kebangkitan dan kejayaan Islam. Jurus jitu penghancur akhlak inilah yang kurang disadari oleh kebanyakan kaum muda sekarang, terutama pemuda-pemudi muslim. Bahkan yang lebih parahnya lagi, ketika kita kehilangan sikap jujur untuk mengakui bahwa diri kitapun sedikit banyak telah terjangkit pola pikir yang demikian.
Inilah problematika yang sedang kita hadapi sekarang, inilah agenda besar yang menjadi PR kita sekarang sebagai pemuda muslim. Kemampuan serta kemauan yang keras tidak akan cukup untuk melawan arus tersebut, ketika tidak diimbangi dengan ilmu yang memadai. Dengan ilmulah kita paham, dan dengan kepahaman inilah yang menjadi jalan untuk melakukan perubahan-perubahan yang nyata oleh kita selaku pemuda. Karena pemuda yang diharapkan ummat adalah pemuda yang senantiasa menyeru pada kebenaran untuk mengusung perubahan, memiliki semangat yang kuat dan kemampuan mobilitas yang tinggi.
Seperti diceritakan dalam Al-Quran potret pemuda Ashabul Kahfi sebagai kelompok pemuda muslim dalam perannya menegakkan kebenaran (Islam) memegang teguh kebenarannya dan mendakwahkannya. Substansinya bahwa pemudalah yang mempunyai sikap kepemimpinan, keberanian, kepedulian dan pemudalah yang bisa menjadi contoh keteguhan dalam memegang prinsip. Itulah pemuda sesungguhnya yang diharapkan ummat masa kini untuk bisa melaksanakan dan membenarkan eksistensinya sebagai agent of change. Karena islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar