Sang Petualang.....

catatan mampu menjadi sejarah, menjadi saksi dan menjadi jejak yang ditinggalkan. yang akan dibaca dan dicari semua orang

Selasa, 24 Januari 2012

“SAJAK SEONGGOK JAGUNG”

Seonggok jagung di kamar
Dan seorang pemuda yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu
Sang pemuda melihat ladang
Ia melihat petani
Dan suatu hari yang subuh
Para wanita dengan gendongan
Pergi ke pasar ………………….

Dan ia juga melihat
Suatu pagi hari
Di dekat sumur
Gadis-gadis bercanda
Sambil menumbuk padi menjadi maisena

Sedang di dalam dapur
Tungku-tungku menyala
Di dalam udara murni
Tercium bau kuwe jagung

Seonggok jagung di kamar
Dan seorang pemuda
Ia siap menggarap jagung
Ia melihat kemungkinan
Otak dan tangan
siap bekerja

Tetapi ini :
Seonggok jagung di kamar
Dan seorang pemuda tamat S.L.A
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya
Ia memandang jagung itu
Dan ia melihat dirinya terlunta-lunta

Ia melihat dirinya ditendang dari discotheque
Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase
Ia melihat saingannya naik sepeda motor
Ia melihat nomer-nomer lotere
Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal
Seonggok jagung ia di kamar
Tidak menyangkut pada akal
Tidak akan menolongnya.

Seonggok jagung di kamar
Tak akan menolong seorang pemuda
Yang pandangan hidupnya berasal dari buku
Dan tidak dari kehidupan
Yang tidak terlatih dalam metode
Dan hanya penuh hafalan kesimpulan
Yang hanya terlatih sebagai pemakai
Tetapi kurang latihan bebas berkarya
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupannya

Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
Atau apa saja,
Ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi !”

(WS. RENDRA)



“Tak ada kata seindah perjuangan, tak ada rasa semanis persahabatan
Berkarya dengan pena, berjuang dengan nurani….”
PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar